Sabtu, 07 Juli 2012

Beberapa kelompok revolusioner yang mendorong lahirnya proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945.



"Kelompok Sukarni"
Sukarni bekerja di kantor Sendenbu (Barisan Propaganda), pernah juga menjadi anggota Pengurus Besar Indonesia Muda di Jaman Belanda. Kelompok ini didukung oleh: pemuda-pemuda Kusnaeni, Abdul Muluk, Adam Malik, Armunanto, Pandu Kartawiguna, M. Nitimihardjo, Syamsuddin, dan banyak yang lain. Mereka sering membuat brosur-brosur provokatif bermarkas di Menteng-31.

"Kelompok Syahrir"
Mula-mula disebut "Kelompok Hatta Syahrir", tapi karena Hatta sangat berkompromi dengan Jepang, maka terjadi perpecahan diantara mereka. Kelompok ini memiliki jaringan ke masyarakat luas lewat kelompok politik bawah tanah. Kelompok Syahrir didukung Sudarsono, Sugra, Hamdani, Kartamuhari.

"Kelompok para pelajar"
Terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu yang berhimpun di Asrama Ika Daigaku (sekolah kedokteran tinggi) di Prapatan-10, dan kelompok BAPERPI, berpusat di Cikini-71. Mereka memiliki organisasi yang bernama Persatuan Mahasiswa, dipimpin oleh Djohan Nur, Sayoko, Syarif Taib, Darwis dan Eri Sudewo.
Kelompok ini mengajukan tuntutan "Bebas dan Merdeka".
Para pemuka kelompok pelajar al.: Chairul Saleh, Djohar Nur, Darwis, Kusnandar, Subadio Sastrosatomo, Eri Sudewo, Bahar-razak, Cenan, Abu Bakar, Rasyid Siregar, Wahidin, EA Ratoelangi dan banyak lainnya.

"Kelompok Kaigun"
Kelompok Kaigun (Angkatan Laut Jepang) terdiri dari tenaga revolusioner yang bekerja di kalangan Angkatan Laut Jepang dengan tokoh-tokoh al. Mr. Subardjo, Sudiro, Wikana, E. Chairudin, Djojo pranoto, dll. Kelompok ini bangkit karena politik "Kemerdekaan Hadiah" dari Jepang, mereka sangat disiplin dan cukup berwawasan luas serta memiliki informasi tentang kekalahan pertempuran laut antara Jepang dan Sekutu di perairan Asia-Pasifik. Di Asrama Pemuda Angkatan Laut yang saat itu dipimpin oleh Wikana, pelajaran umum dan politik sering diberikan oleh Syahrir, Soekarno, Hatta, Iwa Kusumasumantri, Subardjo, Suwandhi dkk. Kelompok ini

Empat kelompok diatas sangat mempengaruhi situasi Jakarta. Mereka bergerak untuk mendorong & menyongsong kemerdekaan Indonesia.

Perundingan Cikini, 15 Agustus 1945
Pada malam hari 15 Agustus 1945 beberapa pemuda mewakili kelompok masing-masing hadir dalam rapat di Cikini-71. Rapat itu dibuka oleh Chairul Saleh. Masing-masing utusan menyampaikan keterangan-keterangan serta pikiran-pikirannya.
Setelah larut malam dicapai mufakat bersama, bahwa
(a): kemerdekaan harus dinyatakan sendiri oleh rakyat, jangan menunggu kemerdekaan sebagai hadiah;
(b): Bung Karno-Bung Hatta harus dibawa menyingkir keluar kota.

Sukarno-Hatta disingkirkan keluar kota

Pukul 4 pagi, dari Jl. Cikini-71, Chairul Saleh, Sukarni, J.Kunto dan Dr. Muwardi berangkat mula-mula ke rumah D. Asmoro di Jl. Pekalongan. Kemudian Dr. Muwardi diantar ke Pegangsaan Timur 56 untuk menjemput Soekarno. Sukarni dan J. Kunto ke rumah Bung Hatta.
Tercatat tanggal 16-Agustus-1945 pukul 04:30 pagi mereka semua berangkat keluar kota dengan bergegas-gegas. Chairul Saleh kembali ke Cikini-71 untuk mengorganisir pemuda lain.

Rengas Dengklok, daerah
pertahanan Republik yang pertama

Bung Karno, Fatmawati, Guntur (bayi), Hatta tiba dengan selamat ditangsi Rengas Dengklok dan tinggal sementara di rumah Djiauw Kie Siong. Rengas Dengklok adalah basis pertama daerah Republik.
Sejak tgl 14/8/1945, daerah ini mendapat penjagaan ketat dan tunduk pada peraturan pemuda republik.

Jakarta tgl 16/8/1945

Chairul Saleh - sebagai pemimpin Komite van Actie, mengambil inisiatif menggalang rakyat dan pemuda yang sudah tidak sabar, kemudian mengadakan perundingan untuk menyusun siasat dan aksi.

Dibantu Cudanco Abdul-Latif (Peta), Daidanco Kasman Singodimedjo (Peta), di ruangan bilyar di Kebon Binatang, tgl 16/8/1945, pukul 11:30 Chairul Saleh mengadakan perundingan dengan pemimpin Seinendan. Keputusan penting adalah: "Peta-Heiho memelopori perlawanan rakyat terhadap kekuasaan militer Jepang di kota Jakarta". Rakyat dan pemuda digerakkan.

Persetujuan Rengas Dengklok

Kira-kira pukul 04.00 sore, J.Kunto dan Mr. Soebardjo & Soediro berangkat menemui Bung Karno-Hatta di Rengas Dengklok dan menyampaikan berita bahwa "Jepang sudah menyerah kepada Sekutu". Sukarno-Hatta menyatakan siap sedia bersama seluruh rakyat menyatakan proklamasi kemerdekaan dan setuju menanda-tangani proklamasi kemerdekaan di Jakarta.
Persetujuan ini dinamakan Persetujuan Rengas Dengklok.

Pertemuan malam di Oranje Nassau Boulevard

Tengah malam 16/17 Agustus 1945, Rombongan Rengas Dengklok tiba di rumah Laksamana Maeda. Disana sudah dinantikan oleh BM Diah (harian Asia Raya); Semaun Bakri, Sayuti Melik Mr. Iwa Kusuma Sumantri.
Sukarni dan J. Kunto meninggalkan tempat untuk pergi ke Jl. Bogor Lama, dimana Chairul Saleh, Adam Malik, Wikana, Pandu Wiguna, M. Nitimihardjo, Kusnaeni dan Syahrir berkumpul. Setelah berunding, akhirnya Sukarni dan Chairul Saleh berangkat ke Oranje Nassau Boulevard.

Kira-kira pukul 01:30 malam, dimulai pembicaraan susunan kata-kata proklamasi.
Text proklamasi secara mufakat diselesaikan oleh Bung Karno dengan corat-coret perbaikan, kemudian di ketik oleh Sayuti Melik.

Penanda tanganan Naskah Proklamasi RI

Dengan di saksikan oleh Sukarni, Chairul Saleh, Mr. Soebardjo, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, Sudiro, BM Diah, Sayuti Melik, Semaun Bakri, kira-kira pukul 02:00 pagi dinihari tanggal 17 Agustus 1945 - pernyataan proklamasi ditanda-tangani oleh Bung Karno - Bung Hatta atas nama rakyat.


Proklamasi RI di Pegangsaan Timur-56

Setelah Proklamasi ditanda-tangani di Oranye Nassau Boulevard, di Jl. Bogor Lama para pemuda segera mengadakan perundingan mengatur cara-cara penyebarannya. Kemudian perundingan dipindahkan ke Kepuh, dan pindah lagi ke Def-Van den Bosch 56. Tiga kelompok (pelajar, Sukarni & golongan Kaigun) melakukan pencetakan kilat pengumuman pernyataan proklamasi kemerdekaan yang disebarkan pagi buta tgl 17/8. Dengan spontan seluruh rakyat pagi-pagi bergerak dan menyambut gembira.

Tepat tgl 17/8/1945, pukul 10:00 pagi, Sukarno memberikan pembukaan singkat, lalu membacakan NASKAH PROKLAMASI REPUBLIK INDONESIA, disusul dengan upacara menaikkan bendera Merah-Putih (yang dijahit oleh Fatmawati).
Dengan Proklamasi Republik Indonesia oleh Sukarno-Hatta, berkobarlah Revolusi Indonesia - dalam perjuangan kemerdekaan.

Proses berikutnya adalah pembentukan Pemerintahan Republik, pengesahan undang-undang dasar dan penetapan sementara Presiden dan Wakil Presiden Sukarno-Hatta.

Sejarah baru Indonesia mulai tertulis setelah sekitar 350 thn bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda dan 3,5 thn dijajah oleh Jepang.


Dari berbagai sumber untuk mengenang para perintis dan pejuang Kemerdekaan RI..

Tidak ada komentar: